Salam Ukhuwah, Jalin Silaturahim, Share Ilmu dan Saling Berbagi Informasi

Senin, 09 Mei 2011

Penyelam Jiwa

Seorang pemimpin (atau calon pemimpin) perlu menyelami jiwa sahabatnya. Dalam konteks yang lebih luas lagi, seorang pemimpin perlu menyelam ke dasar lautan perasaan dan keinginan dari umat, rakyat atau orang yang dipimpinnya.

Dari banyaknya teladan baik yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, salah satunya adalah "Kekuatan untuk menyelami jiwa para sahabat."

Prof. Dr. Hamka, ulama yang berasal dari Sungai Batang, Sumatera Barat, menuliskan contoh-contoh dari kelebihan nabi akhir zaman itu. Dalam bukunya, Sejarah Umat Islam, yang ditulisnya selama 22 tahun (1939-1961) ia berkata, "Seorang pemimpin besar...perlu tahu ilmu jiwa." Agar kelak sang pemimpin itu bisa menempatkan diri di hadapan para sahabat bahkan rakyatnya.

Penghargaan yang diberikan oleh Nabi kepada sahabat-sahabatnya disesuaikan dengan tarafnya masing-masing. Tentang Abu Bakar, beliau berkata, "Perempuan yang paling kusayangi ialah Aisyah, dan laki-laki yang kucintai ialah ayahnya."

kepada Umar bin Khattab, ia berkata, "Kalau ada nabi sesudahku, tentulah Umar nabi itu."

Tentang Usman bin Affan, ia berkata, "Kalau ada anak perempuan yang lain lagi, hai Usman, tentu engkau juga yang akan kuambil menantu."

Tentang Ali bin Abi Thalib, "Saya-lah kota ilmu, dan Ali-lah pintunya."

Begitu juga saat Khalid bin Walid masuk Islam. Di hadapan nabi, Khalid menangis dan meminta ampun atas dosanya. Khalid adalah tokoh dibalik kekalahan kaum Muslim di Perang Uhud. Kepadanya, Rasul berkata, "Islam menghapuskan dosa yang lama." Dan, setelah pulang dari Perang Mu'tah, beliau berkata, "Khalid adalah Pedang Allah." Dengan penghargaan Nabi yang tinggi kepadanya, tidak membuatnya sombong. Ketika ia diberhentikan, dipecat secara tiba-tiba sebagai Panglima Perang oleh Khalifah Umar, ia berkata dengan tenang, "Saya berperang bukan karena Umar." Dia terima pemecatan itu.

Dalam menjaga perasaan sahabatnya, Rasul juga tidak mengungkit dosa-dosa masa silam yang pernah dilakukan oleh ayah-ayah para sahabatnya. Abdullah bin Ubai adalah salah seorang yang menghalangi dakwah, namun anaknya kelak justru masuk ke dalam Islam, yaitu Abdullah bin Abdullah bin Ubai bin Salul. Rasul berkata, "Janganlah kamu sakiti orang yang hidup dengan mencela-cela orang yang telah mati." Rasul menjaga sekali perasaan sahabatnya yang telah berislam itu.

Kedalaman akhlak Rasul dalam menyelami jiwa para sahabatnya perlu kita ikuti. Tak jarang kita menyinggung, bahkan berkata-kata kasar kepada sahabat-sahabat kita, atau kepada orang lain yang tidak jelas kita kenal. Akhlak baik inilah yang dengannya Allah mengutus Rasulullah kepada kita agar kita berakhlak dengan sebaik-baiknya. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syukron