Salam Ukhuwah, Jalin Silaturahim, Share Ilmu dan Saling Berbagi Informasi

Senin, 02 Mei 2011

Prophetic Learning: Development Appropiate Practice

Yang menjadi masalah bagi kita bukanlah bagaimana melakukan inovasi pendidikan atau memasukkan informasi terbaru tentang bagaimana cara terbaik mengasuh anak. Masalah kita adalah bagaimana membuang pikiran-pikiran lama yang tidak perlu dan merugikan. Kita banyak belajar apa yang terbaik untuk anak kita, tetapi kita masih menghadapi anak-anak dengan cara lama. Sebabnya, kita banyak menyerap informasi baru, tetapi tidak membuang pikiran lama yang keliru.

Anak-anak harus gembira saat belajar. Mereka sangat asyik sehingga belajar tidak menjadi beban bagi mereka. Pada usia TK, bahkan bermain itu sendiri proses belajar terpenting bagi anak. Mereka belajar secara spontan, alamiah, menyenangkan, dan antusias. Kita bisa merancang permainan untuk mereka, dengan catatan permainan itu memenuhi empat prinsip tersebut, yakni spontan, alamiah, menyenangkan dan antusias. Kita sengaja merancang, tetapi anak-anak merasakannya sebagai permainan yang spontan dan alamiah. Karena anak-anak harus gembira, maka kita banyak mengajari mereka lagu-lagu cerita. Kita ajari mereka menyanyi. Tetapi, apakah menyanyi menggembirakan bagi anak? Ya, tentu bagi yang sesuai. Bagi yang tidak, menyanyi bisa menjadi beban bagi mereka. Jika dipaksakan, anak-anak akan kehilangan masa emasnya, yakni masa untuk membangun hasrat belajar yang kuat dalam diri mereka. Lebih membebani lagi jika orangtua dan guru menyibukkan diri menyuruh anak turut bernyanyi. Kita lupa bahwa menyanyi adalah bentuk kegiatan yang dimaksudkan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Bukan prinsip dasar kegiatan belajar.

Artinya, jika bentuk kegiatan sudah tidak bisa memenuhi prinsip dasar belajar, maka yang harus dipertahankan adalah prinsipnya. Bukan bentuknya. Kita cari bentuk-bentuk lainnya yang bisa membuat anak-anak bergembira dan belajar, sekaligus belajar dengan gembira?

Teringat dengan Sue Bredekamp. Dalam bukunya Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs: Serving Children from Brith Through Age 8, Bredekamp mengingatkan agar kita mendidik anak dengan memerhatikan 2 hal:
Pertama,kesesuaian jenis kegiatan dengan usia anak;
Kedua, kesesuaian dengan keunikan tiap-tiap anak.
Dua hal inilah prinsip pokok Developmentally Appropiate Practice, yakni praktis pengasuhan dan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak. Yang pertama menuntut kita untuk mengerti tugas perkembangan di tiap jenjang usia anak beserta ciri-cirinya. Sedangkan yang kedua menuntut kita mengenal anak secara personal.

(Diadaptasi dari Kolom, "Oase", Majalah Fahma Vol.3/No.1/Januari/2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syukron